BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 12 Agustus 2009

Jalan Panjang Pendidikan

Oleh : Hendra Sugiantoro
[www.kabarindonesia.com]
“Seperti kuntum padma di Taman Sari Engkau kembang dan menyala di kalbu pertiwi. Cipta, rasa, karsa……juga keluhuran budi menggema di seluruh persada nusantara.”

KabarIndonesia - ITULAH sesanti pendidikan yang ditulis Sri Sultan Hamengku Buwono X tertanggal 30 September 2004 pada sebuah arca setengah badan Ki Hajar Dewantara di salah satu perempatan jalan di kota Yogyakarta. Kata-kata mutiara yang ditujukan kepada sosok Ki Hajar Dewantara itu pada dasarnya juga mengandung keagungan pesan bagi masing-masing diri kita.

Tidak hanya Ki Hajar Dewantara saja yang menjadi “kembang dan menyala di kalbu pertiwi”. Kita pun seyogianya juga menjadi “kembang” di bumi Indonesia ini dengan cipta, rasa, karsa juga keluhuran budi. Bagi kita yang hidup di negeri ini tentu belum merasa dalam kondisi baik. Beragam permasalahan bangsa yang senantiasa berkecamuk seolah-olah sulit untuk merenda kepastian esok hari. Lebih prihatin lagi, kemerosotan moral dan budi pekerti telah menjadi persoalan akut. Terkait hal tersebut tampaknya tak perlu diuraikan karena kita tentu telah mengerti. Yang penting bagi kita saat ini adalah bersama melontarkan tanya sekaligus memberi jawab. Bagaimana kita memperbaiki negeri ini?

Pertanyaan yang kita ajukan bersama itu pasti akan menemukan jawab pada satu titik : pendidikan. Entah mengapa pendidikan selalu saja dijadikan “mantra ampuh” memperbaiki kondisi bangsa. Tanpa melihat pengalaman Jepang pun, kita secara spontan pasti mengamini pendidikan sebagai jalan menuju perubahan yang lebih baik.

emang benar jika kita mengatakan bahwa pendidikan itu penting. Ketika kita berbicara mengenai pendidikan, maka kita juga membicarakan manusia. Perubahan Indonesia ke arah lebih baik tentu membutuhkan individu-individu manusia yang ditempa melalui pendidikan untuk menggerakkannya. Melalui pendidikan, kita memang menaruh harap. Ketika negeri ini dipenuhi dengan perilaku korupsi, kita bercita-cita melahirkan generasi antikorupsi melalui pendidikan. Ketika negeri ini penuh dengan manusia-manusia tak ramah lingkungan, kita mendambakan lahirnya generasi cinta lingkungan melalui pendidikan. Melalui pendidikan, kita memang mengharapkan lahirnya generasi cerdas, tangguh, mandiri, dan bernurani untuk membangun bumi pertiwi.

Saat ini kita merindukan generasi itu. Munculnya generasi bangsa harapan ibu pertiwi membutuhkan waktu tidak sekejap. Mungkin kita memerlukan waktu panjang untuk menempa generasi yang bisa “menyala di kalbu pertiwi”. Kita pun bertanya, dimanakah generasi itu?

enerasi itu tak jauh dari hadapan kita. Generasi itu kini memasuki setiap jenjang pendidikan, entah itu SD, SMP ataupun SMA. Kita memiliki tanggung jawab moral membina dan mendidik mereka. Mereka adalah anak-anak bangsa yang akan mengisi alam kemerdekaan dengan bunga-bunga kehidupan. Menyambung ucapan Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak. Kita berkewajiban menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dengan bergandeng tangan bersama orangtua sebagai guru di lingkungan keluarga, mereka yang memasuki bangku sekolah itu berharap mendapatkan pendidikan optimal. Mereka memiliki hak memperoleh pendidikan bagi berkembangnya ranah intelektual, emosional, dan spiritual diri mereka untuk mencapai kesempurnaan hidup. Tuntunan kita untuk menjadikan mereka sebagai manusia paripurna melalui proses pendidikan tentu harus melewati jalan yang panjang. Kata Ki Hajar Dewantara, mendidik anak itulah mendidik rakyat.

Keadaan dalam hidup dan penghidupan kita pada zaman sekarang itulah buahnya pendidikan yang kita terima dari orangtua pada waktu kita masih kanak-kanak. Sebaliknya anak-anak yang pada waktu ini kita didik, kelak akan menjadi warga negara kita. Di sini dan mulai saat ini, kita akan menempuh jalan panjang menuntun setiap anak bangsa menjadi “kembang dan menyala di kalbu pertiwi”. Membangun jiwa dan membangun badannya demi kebangunan persada Nusantara.(*)

0 comments: