BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 11 Mei 2009

Kurikulum Pendidikan Perlu Dibenahi
By Republika Newsroom

PURWOKERTO--Sebagai mantan dosen yang pernah mengajar di Institut Pertanian Bogor selama puluhan tahun, Menteri Pertanian Anton Apriantono, memiliki penilaian tersendiri mengenai kurikulum pendidikan di Tanah Air. Menurutnya, saat ini ada yang keliru dalam kurikulum sistem pendidikan di Indonesia.
''Kekeliruan kurikulum ini, tak hanya terjadi di tingkat pendidikan dasar dan menengah saja. Tapi juga kurikulum pendidikan tinggi,'' jelasnya, saat memberikan kuliah umum pada peserta pelatihan 'Bangun Kecerdasan Bangsa; Bagimu Guru Kupersembahkan' yang digelar PT Telkom Indonesia Tbk dan Republika, di Purwokerto.
Untuk kurikulum tingkat sekolah dasar dan menengah, Anton menilai, beban pengetahuan yang diberikan pada siswa sudah terlalu berat. Contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan alam, seorang SD sudah dibebandi pelajaran ilmu tanaman yang sangat detil.
''Melihat kenyataan ini, saya sering berfikir, untuk apa pengetahuan seberat itu dibebankan pada anak-anak SD. Apakah hal ini, tidak malah membuat anak-anak yang seharusnya menikmati masa anak-anaknya menjadi sangat terkekang,'' jelasnya.
Bahkan menurutnya, kondisi seperti ini juga terjadi di perguruan tinggi. Anton menilai, kurikulum pendidikan yang diterapkan di universitas maupun institut, cenderung menciptakan seluruh mahasiswanya untuk menjadi seorang ilmuwan.
Dari pengamatannya mengenai sistem pendidikan di negara-negara maju, dia menilai pendidikan di luar negeri justru cenderung lebih menekankan pada aspek attutide dan karakter. ''Masalah transfer ilmu pengetahuan justru diletakkan di bawah pendidikan mengenai karakter dan attitude ini,'' jelasnya.
Seperti untuk pendidikan tingkah sekolah dasar dan menengah, pendidikan di luar negeri justru diarahkan untuk menciptakan anak didiknya untuk lebih mandiri. Karena itu, metode pendidikan yang diberikan tidak hanya berkutat dalam kegiatan belajar mengajar secara formal di dalam kelas.
''Bahkan sekali pun jam sekolah di luar negeri lebih lama dibanding di dibanding jam sekolah dalam negeri, tapi anak-anak SD atau siswa sekolah menengah cenderung tidak merasa stres dan tetap gembira. Hal ini karena metode dan model kurikulum yang diterapkan di negara-negara maju memang berbeda dengan di dalam negeri,'' jelasnya.
Demikian juga pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Menurut Mentan, metode pendidikan di PT negara-negara maju lebih ditekankan pada pemebentukan karakter dan attitude. Selain itu, substansi kuliah yang diberikan juga benarbenar teraplikasi dengan dunia kerja.
''Sedangkan di Indonesia, pendidikan di perguruan tinggi seolah-olah hendak mendidik semua mahasiswanya untuk menjadi seorang ilmuwan. Karena itu, ketika alumnus perguruan tinggi Indonesia masuk ke pasar kerja, banyak yang merasa paling hanya 40-50 persen dari materi kuliah, yang benar-benar ada manfaatnya dengan dunia kerja,'' katanya.
Selain itu, kata Anton, di negara-negara maju, mahasiswa itu dilatih untuk belajar sendiri. Kebanyakan waktu kuliah, diisi dengan kegiatan praktik, dan hanya beberapa jam yang benar-benar kuliah di dalam ruang kelas.
Berdasarkan seluruh pertimbangan tersebut, Anton menilai perlu adanya pembenahan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional. Untuk tingkat pendidikan dasar, penyusunan kurikulum tersebut seharusnya melibatkan kalangan psikolog, yang benar-benar mengerti tentang pertumbuhan psikologi anak. ''Dengan demikian, kurikulum yang dibuat akan disesuaikan dengan kondisi perkembangan jiwa siswa di masing-masing tingkatan pendidikan,'' jelasnya.
Sedangkan untuk pendidikan di perguruan tinggi, menurut Anton, perlu dibuat kurikulum yang lebih aplikatif dengan dunia kerja. ''Jangan seolah-olah hendak menjadi semua mahasiswanya menjadi ilmuwan. Karena dunia kerja terbasar adalah dunia swasta, yang kebanyakan tidak membutuhkan orang seperti ilmuwan,'' jelasnya. wid/pur
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/44954/Kurikulum_Pendidikan_Perlu_Dibenahi

0 comments: